Doncaster Butterscotch

Menguak Fenomena Paspor Ganda Warga Israel: Strategi Bertahan di Tengah Konflik

 

 

 

Antrean Panjang di Perbatasan Mesir Saat Perang Meletus

 

Ketika konflik Iran-Israel memuncak pada 13 Juni 2025, dunia dikejutkan oleh antrean panjang di perbatasan Israel–Mesir. Bukan untuk berlibur, melainkan untuk meninggalkan Israel. Banyak warga Israel terlihat menggunakan paspor asing, bukan paspor nasional mereka, untuk keluar dari zona konflik.

 

 

 

Lebih dari 2 Juta Warga Israel Miliki Paspor Ganda

 

Menurut data dari Central Bureau of Statistics (CBS) Israel dan Jewish Policy Research, sekitar 1 dari 4 warga Israel memiliki paspor asing. Diperkirakan lebih dari 2 juta orang memegang paspor tambahan dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Rusia,

Australia, dan negara-negara Uni Eropa.

 

 

 

Alasan Utama: Garansi Perlindungan dan Mobilitas Global

 

Ada beberapa alasan mengapa banyak warga Israel memilih memiliki paspor ganda:

 

  • Perlindungan saat konflik: Paspor asing memungkinkan mereka mengakses negara lain dengan lebih mudah saat situasi genting.
  • Akses pendidikan dan pekerjaan: Paspor Eropa atau Amerika membuka peluang lebih luas di bidang akademik dan profesional.
  • Warisan leluhur: Banyak warga Israel keturunan Eropa Timur mengajukan kewarganegaraan berdasarkan asas ius sanguinis (hak berdasarkan darah).

 

 

 

Kritik dan Persepsi Publik

 

Fenomena ini memicu perdebatan di dalam negeri. Sebagian publik menganggapnya sebagai bentuk “dua wajah” Zionisme—di satu sisi membela tanah air, di sisi lain menyiapkan jalan keluar saat krisis. Namun bagi sebagian lainnya, ini dianggap sebagai langkah realistis dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik.

 

Ketika tanah air menjadi medan konflik, paspor kedua bukan sekadar dokumen—ia menjadi pintu harapan, perlindungan, dan pilihan hidup.